Makanan Berlemak Mirip Narkoba, Bikin Puyeng
![]() |
Makanan Berlemak |
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, siang hari ini kita masih menikmati hidup walaupun masih di hadapi pandemi corona dan juga kita harus bersyukur atas rahmat yang di berikan nya. Maka dari itu saya akan membuat artikel yang mudah-mudahan bermanfaat. Tanpa basa basi lanjut ke topik.
Walau berisiko bikin berat badan meroket, makanan berlemak tetap digandrungi banyak orang. Upaya untuk mengurangi konsumsi makanan ini lebih banyak berujung dengan kegagalan. Sebuah penelitian menemukan mengapa hal ini terjadi, yaitu karena makanan berlemak bisa membuat sakau layaknya narkoba. Berpantang mengkonsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan perasaan seperti sakau dan depresi, demikian kesimpulan sebuah penelitian yang dimuat International Journal of Obesity. Hal ini dapat menjelaskan mengapa berhenti mengkonsumsi junk food atau makanan berlemak lain sangatlah sulit dan membuat upaya diet jadi gagal. "Bahan kimia yang diubah oleh makanan berkaitan dengan depresi. Perubahan pola makan dapat menyebabkan gejala sakau dan meningkatnya kepekaan terhadap stres, sehingga membuat lingkaran setan makanan," kata peneliti, Stephanie Fulton seperti dilansir Medical Daily, Kamis (13/12/2012).
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari University of Montreal terhadap tikus. Beberapa tikus diberi makanan kaya lemak, sedangkan tikus lainnya diberi makanan rendah lemak. Tikus yang mendapat makanan kaya lemak makin lebar lingkar pinggangnya sebanyak 11 persen, namun belum sampai menjadi obesitas. Makanan ternyata mempengaruhi otak dan perilaku para tikus. Tikus yang makan banyak lemak lebih sering menunjukkan tanda-tanda kecemasan dibanding tikus yang makan sedikit lemak.
Tikus yang makan banyak lemak juga lebih banyak memiliki kandungan CREB, yaitu molekul yang pembentuk dopamin, daya ingat dan stres. Perubahan dalam otak tikus ini menyebabkan terjadinya peningkatan risiko depresi dan perilaku negatif. Secara garis besar, gejala- gejala yang dialami tikus ini menyerupai gejala sakau seperti pengguna narkoba. Perubahan ini terjadi bahkan sebelum tikus mengalami obesitas. "Temuan ini menantang pemahaman kita tentang hubungan antara makanan, tubuh dan pikiran," pungkas Fulton.
Cuman segitu yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan bermanfaat bagi kalian semua.
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
hadir bersilaturahim.
BalasHapusNice share,,brada
Salam santun
kunjungan mlam
BalasHapusNice post
Kunbal ya..:
Hadir memenuhi permintaan.
BalasHapusKunjungan perdana sobat.
BalasHapusOh iya jangan lupa kunbal ya :D ?
Tengs infonya sob!
BalasHapushttp://www.revet-zone.tk/cara-menaikkan-page-rank-dengan-mudah.xhtml