Jangan Berburuk Sangka, Nanti Penyakitan Bro

Jangan Berburuk Sangka, Nanti Penyakitan Bro
Source : Kaskus


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Alhamdulillah, sebagai sesama manusia kita sebaiknya jangan berburuk sangka dulu lebih baik, baik sangka. Mau tahu apa penyakit nya brother. Yuk baca lebih dalam lagi. 

Dalam ajaran agama, berburuk sangka merupakan tabiat yang harus dijauhi. Selain bisa merusak hubungan, berburuk sangka juga bisa membuat hati tak tenang. Sebuah penelitian bahkan menemukan bahwa berburuk sangka membuat orang jadi gampang penyakitan. Penelitian baru- baru ini menemukan bahwa berburuk sangka bisa membuat orang jadi lebih sensitif terhadap rasa sakit fisik. Berburuk sangka dalam penelitian diartikan dengan merasa dirinya tidak dipahami oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang merasa dimengerti lebih mampu menahan sakit. Dalam laporan penelitian yang dimuat jurnal Social Psychological and Personality Science, peneliti ingin memahami apakah perasaan tidak dimengerti orang lain dapat memicu rasa sakit.

 Para peneliti meminta peserta melakukan percakapan dengan orang asing. Setelah bercakap- cakap, para peserta diminta menggambarkan bagaimana perasaannya terhadap lawan bicaranya dan menerka kesan lawan bicara terhadap dirinya sendiri. Tanpa sepengetahuan peserta, orang asing yang bercakap-cakap secara acak diminta memberikan umpan balik yang bervariasi. Peserta yang mendapat umpan balik positif menggambarkan lawan bicaranya memahami dan memikirkan peserta seperti halnya para peserta melihat dirinya sendiri. Pada peserta lainnya, umpan balik yang diterima membuat peserta menganggap lawan bicaranya selalu menganggap ada yang salah dalam diri peserta. Peneliti kemudian mengukur toleransi rasa sakit pada peserta. Para peserta diminta mencelupkan salah satu tangannya yang paling jarang digunakan ke dalam seember air es selama mungkin. Hasilnya, peserta yang merasa tidak dipahami dan selalu disalahkan oleh lawan bicaranya lebih cepat menarik tangannya. Sedangkan peserta yang merasa dipahami oleh lawan bicaranya bisa menahan rasa sakit lebih banyak dan mencelupkan tangannya ke dalam air es lebih lama. Setelah menjalani tes nyeri, peserta diminta berdiri menghadap bukit. 

Peserta diminta mengira-ngira seberapa curam bukit tersebut. Ternyata peserta yang merasa tidak dipahami memandang bukit lebih curam dari sebenarnya. Para peneliti lantas berhipotesis bahwa rasa tidak pahami mirip dengan rasa terancam. Akibatnya bisa membesar- besarkan persepsi mengenai perasaan tertentu, misalnya rasa sakit. Interaksi dengan orang asing yang tidak memahami bisa menyerupai interaksi dengan orang yang mengancam. "Untuk sampai pada keadaan waspada membutuhkan energi. Dan karena yang sumber kalori yang ada mempengaruhi persepsi seseorang, maka merasa tidak dipahami bisa menimbulkan persepsi yang berlebihan terhadap air es, bukit dan jarak," kata peneliti seperti dilansir Medical Daily, Jumat (4/1/2013).
 Penelitian sebelumnya menemukan bahwa rasa sakit fisik sebenarnya diproses di daerah otak yang juga memproses penolakan sosial. Penelitian lain juga menemukan bahwa orang yang minum obat pereda nyeri selama 3 minggu akhirnya jadi lebih tahan sakit secara emosional. 

Demikian informasi yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya. 

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan. 

Wassalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer