Ramadan Bulan Kebebasan bagian 1

Bulan kebebasan
Ramadhan Bulan Kebebasan Bagian 1

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, sekarang saya bisa meneruskan lagi Keistimewaan dan Hikmah Ramadhan, yang pada waktu itu sempat tertunda.

Ramadhan Bulan Kebebasan

Walaupun puasa telah diakui sangat besar manfaatnya bagi akal, jiwa, dan fisik manusia, masih banyak orang yang dipengaruhi hidup kebendaan menganggap puasa sebagai pelenyap kemerdekaan pribadi, penghalang kegiatan rutin, dan penghambat kemajuan. Orang yang mengatakan dirinya berpikir modern atau sok modern menganggap puasa itu mengekang dan memperkosa kebebasan seseorang.

Anggapan demikian adalah pandangan yang sangat dangkal dan bukan timbul dari orang yang berilmu pengetahuan, melainkan datang dari orang yang tidak sanggup mengendalikan dirinya sehingga mereka salah dalam menafsirkan arti "kemerdekaan". Kemerdekaan dalam pengertian adalah kebebasan dari segala norma akhlak dan tidak terikat dengan etika kesopanan sehingga mereka dengan leluasa menuruti kehendak hawa nafsunya.

Di manakah di dunia ini yang ada masyarakat/bangsa yang beradab hidup tanpa peraturan dan undang-undang yang mengatur rata-rata hidupnya? Dan kalau pun ada, berarti mereka itu masih primitif, biadab, atau paling tidak mereka itu makhluk yang diperhambakan oleh hawa nafsunya. Akan tetapi, sebagai masyarakat/bangsa yang menganut salah satu agama atau setidak-tidaknya sebagai masyarakat yang berbudaya, kebebasan disini harus diartikan secara manusiawi, bertanggung jawab terhadap tegaknya norma dan tata aturan yang berlaku.

Mari kita lihat realitas yang ada bahwa sesunhuhnya kebanyakan manusia (yang berakal) ini masih sering diperbudak oleh adat kebiasaan. Ia terbiasa makan pagi, siang, dan malam. Dan ketika datang perintah puasa agar waktu dan jadwal makan siang diundurkan kepetang hari saja, ia menganggapnya satu persoalan pribadi. Begitu juga bagi yang biasa minum kopi dan pecandu rokok. Padahal, bukankah kelakuan mereka, kebiasaan makan minum, dan merokok sekehendak hati itu suatu perhambaan terhadap nafsu perut? Yang demikian itu bodoh diperbodoh, budak diperbudak oleh adat kebiasaan.

Tepat sekali ucapan Ali bin Abi Thalib R.A : Anta hurrun limaa anta 'anhuuuuu yisun wa 'abdun limaa anta lahu thoo mihun.
Artinya :
Engkau merdeka dari sesuatu yang tidak engkau butuhkan. dan engkau adalah hamba bagi sesuatu yang amat engkau perlukan.

Sejalan dengan pepatah Arab "Man ahabba syaian fa huwa 'abduhu yang artinya barang siapa mecintai sesuatu, dia menjadi hambanya.


cukup sampai disini saja , lain kali kita teruskan lagi. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Posted By : BAGUS Original

Komentar

Postingan Populer